Meskipun dikatakan bahwa “sarang emas atau sarang perak lebih baik daripada sarang anjing sendiri”, pembersihan dasar tempat tidur tetap tidak boleh malas, bagaimanapun juga, sepertiga dari hidup seseorang dihabiskan di tempat tidur. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh produsen tempat tidur di Inggris, beberapa pria lajang mengganti sprei mereka setiap 4 bulan sekali, pasangan mengganti sprei sebulan sekali dan wanita lajang mengganti sprei setiap 2 minggu sekali. Kegagalan untuk mengganti sprei secara teratur menimbulkan 5 ancaman kesehatan utama dan dapat menjadi tempat berkembang biaknya penyakit menular.
Daily Mail melaporkan bahwa para ahli dari perusahaan tempat tidur Happy Beds mengatakan bahwa mengganti tempat tidur secara teratur bukan hanya kunci untuk kualitas tidur, tapi juga membantu menjaga kesehatan fisik. Sprei, selimut dan bantal dapat mengembangkan tungau debu dan bakteri dari waktu ke waktu, dan jika tidak diganti secara teratur, lima risiko kesehatan berikut ini kemungkinan besar akan ditanggung oleh mereka yang menggunakannya:
Risiko 1: Pilek dan alergi: Tungau debu menyukai lingkungan yang lembab, dan 1 gram debu dapat membiakkan ratusan tungau debu, yang masing-masing dapat bertahan hidup selama 90 hari dan terus berkembang biak dalam jumlah besar. Jika tempat tidur tidak diganti dan dibersihkan secara teratur, orang yang alergi terhadap tungau debu atau menderita rinitis alergi mungkin mengalami kesulitan tidur, lebih sering terbangun di malam hari dan mendengkur.
Risiko 2: Gejala infeksi menyebar ke orang yang tidur di sebelah Anda: sebuah studi tahun 2017 menunjukkan bahwa infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat menyebar melalui seprai yang tidak bersih. Ketika Anda merasa tidak enak badan, Anda harus mengganti dan mencuci seprai sesegera mungkin, terutama jika Anda berbagi tempat tidur.
Risiko 3: Bakteri Berkembang Biak dan Bau: Tempat tidur jauh lebih kotor daripada yang kita pikirkan. Studi tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah bakteri di sarung bantal 39 kali lipat lebih banyak daripada di mangkuk makanan hewan peliharaan, dan jumlah bakteri di seprai 5,4 kali lipat lebih banyak daripada di tempat sikat gigi. Keringat, minyak kulit, dan air liur adalah tempat berkembang biak bagi bakteri, dan mereka dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Risiko 4: pegal leher: bantal dan kasur tipis di tempat tidur, fungsi aslinya adalah untuk memberikan dukungan yang baik untuk leher dan badan, namun, setelah sekian lama akan kehilangan bentuk dan kekerasan aslinya, tidak hanya akan memicu pegal leher dan punggung, tetapi juga membuat seseorang tidur saat jungkir balik sehingga mengganggu pola tidur.
Risiko 5: Ketidaknyamanan pada kulit: tidak hanya berkeringat saat tidur, kulit juga akan menjadi berminyak dan sel-sel kulit mati akan rontok, yang dapat menyebabkan pori-pori tersumbat, jerawat, dan juga menstimulasi ketidaknyamanan pada kulit.
Para ahli merekomendasikan bahwa selimut, sprei, dan sarung bantal harus dicuci setidaknya setiap 2 minggu sekali sesuai dengan label pencucian untuk menghilangkan bakteri, serpihan kulit, tungau debu, dan kotoran tak kasat mata lainnya secara efektif. Jika Anda memiliki alergi atau infeksi, tidur dalam keadaan telanjang, tidak mandi sebelum tidur, banyak berkeringat, suka makan di tempat tidur, atau tidur dengan hewan peliharaan, frekuensi pencucian harus lebih intensif. Bantal harus dibersihkan setiap 3 bulan sekali dengan air panas atau disinfektan suhu tinggi, pembalut setiap 2 bulan sekali, dan kasur harus dibersihkan dengan pengisap debu dengan kecepatan rendah.
